POLA
PENYEBARAN BATUPACK BLOK A
SITE TANJUNG AGUNG
PT SRIWIJAYA BARA PRIHARUM
ABSTRAK
Dalam
bisnis penambangan batubara selain faktor kuantitas, faktor kualitas juga
merupakan Parameter atau tolak ukur keberhasilan dalam suatu proses penambangan.
Kuantitas produksi yang tinggi tetapi tidak diikuti oleh kualitas yang baik
akan menurunkan nilai (value) dari suatu
produk. Untuk menjaga kualitas batubara dilakukan
sistem pengendalian mutu terhadap pengaruh bahan pengotor (impurities). Dalam hal ini batupack (carbonaceous silicified siltstone) yang memiliki pola penyebaran
tidak menerus (lenses) merupakan
fokus impurities yang penulis maksud.
Paper
ini menggambarkan praktek pelaksanaan kontrol mutu atau kualitas batubara
dengan penentuan pola penyebaran batupack
secara actual berdasarkan keberadaan batupack (lenses) tiap keberadaan
batubara yang telah tersingkap/expose.
Pola
penyebaran yang diketahui, kemudian dapat dijadikan landasan dalam pembagian
zona frekuensi batupack yang dimulai dari posisi insitu pit tambang. Zona
frekuensi yang akurat kemudian dapat dijadikan acuan dalam penentuan strategi
pemisahan batupack dari batubara yang dibutuhkan.
Kata kunci :
pengendalian mutu, praktek pelaksanaan kontrol mutu, penyebaran batupack, zona
frekuensi, strategi pemisahan
1.
Latar
Belakang
Energi sumberdaya alam
menjadi suatu kebutuhan penting untuk menunjang kegiatan perindustrian.
Tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan energi oleh suatu perusahaan tambang
batubara menjadi acuan perlunya dilakukan kegiatan penambangan. Penambangan
batubara dengan kualitas yang memadai merupakan salah satu solusi untuk
memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan. Suatu perusahaan tambang batubara
dengan izin usaha tertentu memiliki kebutuhan dengan kriteria kualitas batubara
yang berbeda-beda.
Hal ini kemudian menjadi acuan bagi perusahaan penambangan (owner) untuk melakukan pengendalian
kuantitas dan kualitas batubara sesuai permintaan.
Dalam penambangan batubara
seringkali dijumpai kendala dalam pengendalian mutu/ kualitas batubara tersebut.
Hal ini menjadi sangat penting diperhatikan, karena berpengaruh terhadap
kuantitas berdasarkan jenis kualitas batubara (calorific variable) yang dibutuhkan. Adapun kendala yang
muncul khususnya pada tambang terbuka PT. Sriwijaya
Bara Priharum Site Tanjung Agung adalah kemunculan batupack sebagai
pengotor (impurities) pada lapisan batubara baik
secara lateral berupa perlapisan (key bed)
maupun fragmen-fragmen melensa (lenses/spotty). Keberadaan batupack
yang bersifat melensa pada suatu seam batubara menjadi faktor utama sulitnya
melakukan pengendalian terhadap proses penambangan pada front galian tambang
dan juga adanya pengawasan yang ketat oleh buyer terhadap produk yang dikirim. Berdasarkan
keadaan tersebut maka perlu dilakukan pemetaan untuk menentukan pola penyebaran
batupack tersebut dalam seam batubara yang diproduksi.
Penentuan pola penyebaran
batupack dilakukan dengan metode pemetaan (mapping)
pada setiap lapisan batubara baik secara lateral maupun vertikal. Pemetaan
dilakukan secara periodik berdasarkan kemajuan tambang tiap bulannya. Keberadaan
dan posisi batupack (tebal, panjang, kemenerusan) yang ditemui tiap bulannya menjadi acuan
penentuan pola penyebaran batupack dan menjadi informasi aktual bagi para
pengawas penambangan dan operator alat berat untuk dapat melakukan penambangan
secara selektif (selective mining)
sehingga mengurangi volume batuan pengotor (batupack) yang terangkut ke stockpile dan menghindari terjadinya
kerusakan pada fasilitas penanganan batubara (coal handling facilities).
2.
Maksud
Dan Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah
untuk menentukan pola dan frekuensi penyebaran batupack sebagai batuan pengotor
(impurities) dalam lapisan batubara,
khususnya daerah Site Tanjung Agung PT Sriwijaya Bara Priharum. Adapun tujuannya adalah sebagai acuan
dalam penentuan strategi pemisahan (sorting)
batupack dari batubara yang dibutuhkan, sehingga tidak berakibat buruk, baik
terhadap kualitas batubara maupun fasilitas penanganan batubara tersebut.
3.
Lokasi
Pengamatan
Pengamatan
yang dilakukan dalam rangka pengendalian mutu batubara dan optimalisasi
fasilitas penanganan batubara diprioritaskan
pada daerah IUP PT Sriwijaya Bara Priharum Blok A (garis batas warna kuning) dengan luasan 926.9 Ha
dan batas lokasi pengamatan (garis batas merah) (Gambar
1). Kegiatan pengambilan data hanya terfokus pada daerah front tambang saja.
4.
Stratigrafi
Regional
Lokasi penelitian
terletak pada cekungan Sumatera Selatan. Daerah
cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510 km2, dimana sebelah barat daya dibatasi
oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sunda
Shield), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh dan ke arah
tenggara dibatasi oleh Tinggian Lampung. Menurut
Gafoer. dkk (1986), urutan stratigrafi dari tua ke muda :
-
Kikim Tuff
-
Formasi Lahat
-
Formasi Talang akar
-
Formasi Baturaja dan Formasi Gumai
-
Formasi Benakat
-
Formasi Muara Enim
-
Formasi Kasai
-
Alluvial
Daerah penelitian termasuk ke dalam Formasi
Muara Enim, dimana menurut Gafoer
(1986). Formasi Muara Enim terdiri atas batulempung, batulanau, dan batupasir
tufaan dengan sisipan batubara. Batulempung, berwarna kelabu, kecoklatan; berlapis;
lunak sampai agak padat, mengandung bahan karbonan. Batulanau dan batupasir
tufaan, berwarna putih, kelabu, kekuningan, lunak, berlapis tipis-tebal,
mengandung komponen kuarsa, feldspar, kepingan batuan dan karbonan.
5.
Batupack Dan Pola Penyebaran
5.1 Pengertian Batupack
Dalam beberapa
referensi pada daerah tertentu penyebutan batupack menggunaan
istilah “bone coal”. Menurut Handbook Coal of Analysis (2005), bone coal adalah salah satu pengotor
yang ada dalam batubara, dapat berupa lempung atau mineral lain yang memiliki
ukuran butir halus. Salah satu mineral lain (mineral matter) yang terdapat dalam batubara yaitu
mineral silika (kuarsa), dimana kuarsa merupakan komponen utama dari lempung
dan batulanau yang merupakan parting dari batubara.
Secara makroskopis kenampakan batupack berwarna abu-abu kehitaman sampai
hitam kusam, kandungan silika melimpah, karbonan, dimensi berukuran bongkah
(>256 mm), secara lateral tersebar melensa pada lapisan batubara dan pada
atap (roof) seam B berbentuk lapisan (layer) yang berfungsi sebagai key bed.
Secara mikroskopis komposisi
tersusun oleh mineral karbon (rata-rata 40%) sebagai mineral utama, mineral
silika/quartz (rata-rata 30%),
mineral lempung (rata-rata 24%), dan mineral fe hydroxide/ limonit (rata-rata 16%). Mineral silika hadir sebagai
mineral pengisi dari cleat batubara, dan di beberapa bagian muncul mineral fe
hydroxide (limonite) yang hadir mengisi rongga parting, cleat dan rekahan batuan
(fracture).
5.2 Pola Penyebaran Batupack Daerah Blok A Bagian Timur
Penentuan penyebaran batupack
dilakukan pada lapisan batubara yang telah ter-expose dan ditampilkan
dalam bentuk penampang vertikal batupack.
Adapun penampang yang penulis lampirkan adalah penampang sebaran batupack.
erdasarkan
hasil pemetaan terhadap setiap seam B batubara IUP PT SBP, maka didapat
kesimpulan sementara yang penulis jelaskan dengan gambar di bawah ini.
|
|
Komentar
Posting Komentar